Minggu, 21 Oktober 2012

Mozaik

     "Ombak yang bergerumul laksana gulungan kain sutra yang begitu lembut... Atau sekedar menikmati langit jingga sebelum akhirnya menjadi gelap. Dan di ujung langit kita bisa meneropong bintang berbaris manis. Sambil meresapi lembut pasir pantai." di kronologi Muhammad Ropi.
Baru saja | Hapus

     "Bagai menulis di atas air, hilang, aku berteriak di antariksa, tak terdengar. Kabut pun tahu harus berhembus ke mana Sementara anai-anai kecil itu bingung menentukan arah." di kronologi Intan Qomariah.
8 menit yang lalu | Hapus


     "Haruskah aku menengadahkan gelas kosong, sedangkan gelas itu telah retak di dasar. Sementara kulit ini tak mampu menahan butir butir beling yang turun menghujam." di kronologi Cyulfa Alluthfii.
12 menit yang lalu | Hapus

     "Dimensi manusia tak pernah sama. Ia selalu berevolusi dengan alam. Lalu kita, datang dengan sebuah tanda tanya, namun dibebani lembu di punggung. Sehingga kita terpincang menapaki arti." di kronologi Abdullah Jamhur.
18 menit yang lalu | Hapus

     "Garis yang bersinggungan, berpotongan. Selalu punya satu titik temu. Angankan ia asa dan rasa sakit. Yang senantiasa tersatui melalui sebuah titik semu." di kronologi Siti Aminah.
20 menit yang lalu | Hapus

     "Dan ketika awan mulai hitam. Akan turun butir unsur kimiawi di atas tanah. Kemudian menyuburkan ladang tandus nan gersang. Umpama ia hati, lalu ia subur kembali diselimuti embun." di kronologi Yuliansyah Dwi Antoni.
23 menit yang lalu | Hapus

Jakarta, 21 Oktober 2012
Sincerely, Septian...

Tidak ada komentar: