Sabtu, 26 Januari 2013

Pengantar, Kaka Kelas? Berfikir "Out of The Box" serta Mengkaji Sangkut-Paut Terhadap Budaya dan Manfaatnya


Apa itu kaka kelas?
Ialah orang yang masuk sekolah satu atau dua tahun lebih awal dari kita.
Ialah orang yang level dalam pendidikannya lebih tinggi satu atau dua level di atas kita.

Lalu apa istimewanya kaka kelas?
Hmm... Tidak tahu ya. Mungkin karena saya masuk lebih awal saya berhak untuk mendapat prilaku sopan dari orang-orang sesudah saya.


Kenapa?
Karena saya lebih awal.

Hanya itu?
Sepertinya iya. Eh tidak, saya punya pengalaman lebih banyak.

Pengalaman apa? Pengalaman hidup maksudnya?
Tidak juga, lebih tepatnya pengalaman di sekolah ini.

Maksudnya kekuasaan?
Ya semacam itu, tapi jangan sebut kekuasaan, sebut saja pengalaman. Biar saya eja. P-E-N-G-A-L-A-M-A-N.

Oh begitu, tadi Anda bilang ingin mendapat prilaku sopan. Sopan yang bagaimana?
Ya semua pasti tahu lah. Apabila lewat harus bilang permisi. Apabila SMS tidak boleh seperti SMS terhadap teman. Dan macam-macam. Semua sudah tahu kok.

Hmm... Begitu ya. Kenapa harus seperti itu?
Saya sih kurang tahu. Tapi kaka kelas saya bilang harus begitu.

Jadi ini semacam budaya turun temurun?
Tidak. Ehm, maksud saya iya. Tapi jangan anggap ini sebagai budaya. Anggap saja ini sebagai peraturan yang sudah mendarah daging.

Apakah itu semua dapat dijelaskan secara ilmiah? Atau setidaknya memiliki landasan hukum yang jelas?
Kurang tahu sih. Tapi ikuti saja peraturan dari leluhur kita. Kita tinggal di lingkungan sekolah. Jadi harus mengikuti budayanya.

Apakah budaya bisa diubah?
Saya tiak tahu ya. Tetapi siapa juga yang berani merubah. Karena nanti akan berurusan dengan orang-orang sebelumnya.

Ya saya mengerti. Tetapi apakah budaya seperti itu bermanfaat?
Maaf, saya kurang tahu. Sudahlah jangan banyak bertanya.

Baiklah saya rasa itu cukup. Terima kasih atau waktunya membaca tulisan ini.

"Out of the box. Yang berarti keluar dari kotak. Bemakna kita harus berfikir beda dari yang lain. Berfikir secara kreatif, inovatif, dan tak terbatas. Jika fikiran itu sendiri dibatasi, artinya berfikir 'out of the box in bigger box', yaitu keluar dari kotak, tetapi masih di dalam kotak. Seperti budaya yang turun-temurun, kami diajarkan untuk berfikir keluar dari kotak, tetapi tidak boleh merubah atau mengacak-acak budaya itu sendiri. Pertanyaannya, apakah budaya tersebut ada manfaatnya, atau setidaknya memiliki nilai seni yang tinggi, seperti halnya batik, lagu daerah, tarian dll. Sepertinya tidak. Bahkan ia tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Tidak memiliki sumber hukum yang jelas. Maka dari itu, marilah kita semua merenung. Sebenarnya, apa arti dari 'out of the box' yang juga diajarkan secara turun-temurun itu."

Tidak ada komentar: