Sabtu, 26 Januari 2013

Aku Pernah

Aku Pernah...
Berada di titik paling tidak beraturan.
Di titik paling mengerikan.
Sebuah titik paling sadis yang membunuh semua harapan.
Seperti esok takkan ada hari lagi.

Aku pernah...
Terhimpit di sudut nol derajat.
Hidup menggelepar seperti paus terdampar.
Aku sesak napas mencari udara.
Kemudian semua gelap dan tak dimengerti lagi.


Tempat apa ini?
Aku benci tempat ini.
Tapi aku tak bisa lari.
Aku dipaksa untuk hidup di dalam kematian.
Aku dipaksa untuk menuju masa depan.
Padahal masa depan itu sendiri berantakan.

Aku pernah...
Euforia tanpa alkohol.
Benar-benar tanpa alkohol, etanol, bahkan metanol.
Bukan morfin atau heroin.
Bukan pula kanabis dan juga solven.
Ini hanya euforia.
Euforia menuju gila.

Tapi aku tidak pernah...
Merasakan hangatnya persahabatan.
Merasakan indahnya kebersamaan.
Merasakan eratnya kasih sayang.
Kecuali di sini...
Di tempat yang paling aku benci.

Aku berantakan!
Aku psikopat!
Aku ... !
Bahkan aku tidak mengenal diriku sendiri.
Siapa aku sebenarnya?

Lalu kau muncul dengan cahaya terang.
Dan aku dapat melihat kembali...
Bahwa jalan tidak buntu.
Bahwa hari esok pasti ada.
Bahwa masa depan bisa diselamatkan.
Dan kau menggapai tanganku, merangkulku...
Dan aku bangkit lagi.

Sahabatku...
Terima kasih karena kau telah hadir dalam hidupku.
Terima kasih karena kau mau mampir ke duniaku.
Dan terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang kau berikan.
Tanpamu...
Mungkin aku sudah mati sekarang.
Kaulah cahayaku...

Tidak ada komentar: