Paling enak disantap saat hujan. Sambil duduk menghadap jendela. Lalu mengamati percikan air yang mengalir di kaca jendela. Atau hanya sekedar rindu pada basah. Itu sudah bisa membuat bahagia. Bahagia itu sederhana ya. Sesederhana menggigit biskuit. Rasanya renyah, empuk dan menggelitik. Atau seperti meneguk secangkir coklat panas yang lezat dan menghangatkan...
Senin, 04 Juni 2012
Aku Hanya Menulis
Seperti halilintar yang berkecimpung gemuruh.
Seperti itulah aku yang terpendam dalam kelam.
Terguncang terayun dalam badai intuisi.
Bagai sinar yang ditarik lubang hitam.
Nebula yang meledak menjilat asteroid.
Dan Polaris penyejuknya namun ia tenggelam dalam Aurora.
Maka hidup hanya mati.
Namun mati tak hidup.
Dan bumi tak mau ikut campur.
Satelitnya juga tidak.
Jadi siapa yang salah?
Apakah Alveolus atau Lactobacillus?
Sepertinya bukan.
Karena bumi dan satelit itu sendiri hanya berputar.
Dan aku hanya menulis.
Namun tak memahami.
#INTERMISSION
Hidup masih kelam.
Maka mati jawabannya.
Tapi siapa yang mau mati?
Matahari pun tak mau.
Seperti Algoritma yang berpindah namun tak runtuh.
Dan teori atom yang tak bisa hancur.
Dan basa yang membuat asam menjadi netral.
Lalu koefisien yang melengkapi variabel.
Namun mati tak bisa direncanakan.
Karena mati bukan rencana.
Sekali lagi aku hanya menulis.
Namun kini memahami.
(Septian)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar